Sunderland dan Silogisme Kontrak Ricky Alvarez
Bursa transfer musim panas telah
berakhir, namun hal tersebut tak serta merta mengakhiri mimpi buruk Ricardo
Alvarez. Pemain kelahiran Buenos Aires yang akrab disapa Ricky ini masih harus
bersabar menanti keputusan FIFA terkait tentang sengketa transfer antara Inter
Milan dengan Sunderland.
Ironisnya, kedua klub tersebut
bukan berebut memilikinya seperti ketika Inter bersaing ketat dengan Arsenal
untuk membawanya meninggalkan Valez Sarsifield dan merangkai mimpi di Eropa
pada musim panas 2011. Ya, bukan sebuah rahasia lagi jika Massimo Moratti, yang
masih menjadi pemilik Inter kala itu, memang tergila – gila dengan penyerang
berkaki kidal. Alvaro Recoba, Christian Vieri, Adriano adalah beberapa nama
yang pernah memuaskan hasrat Moratti. Jika saja saat ini Moratti masih berada
dalam masa jayanya, maka bukan sebuah hal yang aneh jika dirinya mengirimkan
cek kosong pada Barcelona untuk membiru hitamkan Lionel Messi.
Pendek kata dengan sisa – sisa
kejayaan Moratti, Inter kala itu berhasil mendaratkan Ricky di San Siro. Namun
sayangnya pemain yang pernah disebut Morati sebagai titisan Mario Corso ini
gagal memenuhi ekspetasi karena seringkali terlilit masalah cedera. Penampilan
terbaiknya adalah pada musim 2013/14 dimana dirinya menyumbangkan 4 gol dan 8
assists dari 29 penampilan bersama Nerazzurri di semua kompetisi, sebuah
catatan yang dirasa cukup bagi Alejandro Sabella untuk membawanya ke Piala
Dunia Brasil 2014.
Penampilannya pada musim itu
pulalah yang membuat Sunderland meminjamnya pada deadline day musim panas tahun
lalu. Dalam kesepakatan peminjaman disebutkan bahwa klub yang bermarkas di
Stadium of Light tersebut memiliki kewajiban untuk mempermanenkannya senilai
kurang lebih 7 juta Pounds jika mereka berhasil lolos dari jurang degradasi pada
musim tersebut.
Akan tetapi masalah datang ketika
musim berakhir dan Sunderland yang berhasil finish di urutan ke 16 klasemen
akhir Premier League musim lalu enggan untuk melaksanakan kewajibannya.
Alasannya sederhana, cedera lutut yang dua kali menimpa Ricky membuatnya lebih
banyak menghabiskan hari – hari sebagai pesakitan dibandingkan untuk sekedar
duduk di bangku cadangan Sunderland.
Jika ditotal, dari dua cedera
yang dialaminya pada musim lalu dirinya harus absen selama 137 hari dan
melewatkan 16 pertandingan yang dimainkan Sunderland. Satu – satunya momen yang
diingat fans Sunderland tentang Ricky mungkin hanya ketika dirinya turut
menyumbang gol dalam kemenangan 3-1 atas Fulham pada babak ke empat Piala FA,
selebihnya tak banyak yang bisa dilakukan Ricky.
Namun alasan tersebut tak bisa
diterima Inter yang kadung telah berangan – angan untuk membelanjakan uang
tersebut sejak jauh – jauh hari. Klub sekota AC Milan tersebut pun lebih
memilih untuk mengadukan masalah tersebut ke FIFA ketimbang menerima kembali
Ricky ke dalam skuad besutan Roberto Mancini. Sial bagi Ricky karena hingga penutupan bursa
transfer FIFA belum memberi putusan pada kasus ini.
Sejujurnya meski terdengar masuk
akal, alasan Sunderland memang terlihat naif. Mereka berusaha untuk
menyembunyikan kesalahan dengan sesuatu yang sebenarnya bisa diantisipasi jika
saja mereka sedikit lebih jeli ketika meminjam Ricky. 137 hari memang sangat
panjang bagi Sunderland, namun dari catatan transfermarkt secara total Ricky
harus menepi selama 219 hari ketia berseragam Inter. Dalam satu kesempatan
pemain yang mengoleksi 9 caps bersama Timnas Argentina inipun pernah menepi
selama 184 hari di awal karirnya bersama Valez.
Dengan riwayat cedera yang buruk
Sunderland mestinya tak buru – buru meneken kesepakatan untuk membeli di Ricky akhir
musim. Mereka bisa menyodorkan tawaran
berisi kewajiban untuk membeli jika Ricky mampu bermain dalam sekian
pertandingan misalnya. Seperti kala Monaco meminjam El Shaarawy dari Milan,
atau ketika Inter meminjam jasa Davide Santon dari Newcastle United.
Namun pilihan telah diambil
Sunderland, memang mereka tak perlu risau karena istri Ricky tak akan merengek
– rengek di infotainment karena sumber kehidupan suaminya sedang digantungkan,
namun mereka harus banyak – banyak berdoa bukan hanya agar FIFA memenangkan
mereka tapi juga agar silogisme hipotetik tak menimpa mereka.
Sunderland akan mempermanenkan
Ricky jika tidak terdegradasi.
Sunderland tidak mempermanenkan
Ricky
Sunderland ...
Dalam sepakbola tentu saja
silogisme seperti itu tak akan berlaku, karena salah satu premis memang telah
berlalu. Namun bagi Sunderland setidaknya mereka harus lebih berhati – hati
karena musim ini mereka kembali merekrut
pemain – pemain yang memiliki riwayat cedera yang buruk seperti Younès Kaboul, Adam
Matthews, atau Fabio Borini. Mereka tentu tak ingin terporesok ke jurang yang
sama, atau memang mereka memang senang bermain – main di jurang ?